Senin, 05 April 2010

‘T U M A P E L’*





Penulis Naskah : Anastasia Jessica A.S.

Thank’s to : Yuke Rizki A., Momo, Jovanka, dan Om Gond,

Sinopsis:

Setelah terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Keris Empu Gandring, situasi Tumapel, salah satu daerah bagian dari Kerajaan Kediri, dipenuhi dengan suasana was-was, dan kabar burung tentang pembunuhan Tunggul Ametung semakin membuat situasi mencekam. Suasana di Pusat Kerajaan Kediri pun dalam keadaan kacau, baik situasi politik, ekonomi maupun budaya nya. Jauh dari pusat kerajaan , di daerah Tumapel, imbas kekacauan itu pun terasa. Rakyat dipaksa bekerja dan menyerahkan upeti kepada kerajaan Kediri, namun tak sedikit pun pembangunan yang berarti di Tumapel. Belum lagi, politik ekonomi yang diterapkan oleh Kediri, untuk membuka jalur perdagangan bebas dengan negara-negara Cina, mengakibatkan hasil produksi rakyat tak dapat bersaing harga. Pemerintahan diktaktor Kretajaya memberangus siapa saja yang mengoorganisir massa untuk memberontak. Kretajaya juga melarang terbitnya kitab-kitab yang dinilai dapat memprovokasi rakyat untuk melakukan revolusi. Raja Kretajaya mengangkat dirinya sendiri sebagai dewa yang patut disembah, para Brahmana di Kerajaan Kediri pun merasa keberatan dengan hal tersebut. Ketika para Brahmana Kediri mengusulkan pandangan baru yang lebih pluralis dalam keberagamaan di Kediri, usul ini ditolak. Bahwasannya, Kretajaya takut rakyat semakin susah dikendalikan karena terlalu banyaknya kelompok agama. Para Brahmana kemudian memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Ken Arok ialah seorang perampok yang berguru pada Brahmana bernama Lohgawe. Walaupun Ken Arok seorang perampok, namun dia sangat dekat dengan rakyat jelata. Misi Ken Arok ialah menumbangkan pemerintahan Kediri hingga ke akar-akarnya. Setelah mendapat dukungan dari rakyat dan para Brahmana, Ken Arok pun melakukan pemberontakan terhadap kerajaan kediri. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah danKertajaya diberitakan mati. Kemudian Ken Arok menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Namun, ternyata di bawah kekuasaan Ken Arok yang semula dipercaya sebagai wakil kaum kawula, rakyat tetap menderita. Ken Arok terlena dalam kekuasaan.

KARAKTER:

RAJA KRETAJAYA : Gagah walaupun perutnya telah sedikit membuncit di tengah umurnya yang mencapai 60an. Arogan. Takut tersaingi. Diktaktor. à RENDRA

KEN AROK : Pemuda, Kurus, tapi Gagah berumur 20an. Berkharisma. Sangat ingin menumpas Kerajaan Kediri. Tidak sombong dan arogan.--> RENGGA

KETUA BRAHMANA : Berumur 60 an. àABDI

BRAHMANA 2 :FADIAR

BRAHMANA 3 : AGI

BRAHMANA 4 : GARENG

YU RENGU : Penjual nasi. Selalu sirik sama Bajra, Preman kampung. Penakut juga sebenarnya. Apa lagi dengan sesuatu yang berbau prajurit. àVERA

BAJRA : Kepala Preman di salah satu daerah di Tumapel. Walaupun ia hanya mengepalai daerah kecil di daerah Tumapel tapi gaya nya selangit. Sangat mengidolakan Ken Arok.--> CUENK

SASTRODIPO : RAKYAT BIASA. SANGAT SETUJU DENGAN PEMBERONTAKAN.--> AKID/ GOMBONG

DWIJO : PENAKUT. TAKUT PADA PRAJURIT KEDIRI. à PAK LURAH

PRAJURIT KEDIRI :

PRAJURIT TUMAPEL :

PEMBABAKAN

Babak I : ILUSTRASI TERBUNUHNYA TUNGGUL AMETUNG KARENA TERHUNUS KERIS EMPU GANDRING.

Babak II :WARUNG YU RENGU. BEBERAPA PETANI SEDANG ‘NGASO’ SAMBIL SALING BERCERITA TENTANG SITUASI YANG MENGGELISAHKAN MEREKA. RAKYAT JUGA BERGOSIP TENTANG PEMBUNUHAN TUNGGUL AMETUNG. TIBA-TIBA DATANG BALA TENTARA KEDIRI DAN KARENA TAKUT MEREKA MEMUTUSKAN UNTUK PULANG.

Babak III: PUSAT KERAJAAN KEDIRI. BIARA. PARA BRAHMANA SEDANG BERKUMPUL. MEREKA MEMBICARAKAN USULAN MEREKA YANG DITOLAK OLEH RAJA KRETAJAYA. AKHIRNYA, PARA BRAHMANA MEMUTUSKAN UNTUK PINDAH KE TUMAPEL, MEMINTA PERLINDUNGAN KEN AROK YANG BERITANYA SEDANG MEMPERSIAPKAN PEMBERONTAKAN.

Babak IV: DI SEBUAH PADEPOKAN, BEBERAPA PEMUDA SEDANG MENGASAH TOMBAK, YANG LAIN BERLATIH BELA DIRI.UTUSAN KEN AROK DATANG DAN MEMBERITAKAN WAKTUNYA TELAH TIBA UNTUK MENYERANG KERAJAAN KEDIRI.

Babak V: PEPERANGAN DI DEKAT DESA GANTER YANG DIMENANGKAN PRAJURIT TUMAPEL.

Babak VI : YU RENGU DALAM DANDANAN YANG LEBIH TUA. NEMBANG. MENGGAMBARKAN SETELAH BERKUASANYA KEN AROK, TERNYATA RAKYAT TETAP MENDERITA.

Babak I

Terbunuhnya Tunggul Ametung Karena Terhunus Keris Empu Gandring. Ken Arok (dalam bentuk yang samar-samar) menghunuskan keris empu gandring ke perut Tunggul Ametung.

Ken Arok : Tunggul Ametung, Raja Tumapel, Riwayatmu kini telah berakhir!

Babak II

Bajra sedang nongkrong dan Dua orang petani datang untuk beristirahat setelah mengolah sawahnya, di warung Yu Rengu.

Sastrodipo : kopi siji Yu…

Dwijo : aku iyo.

Sejenak terdiam. Bajra sedang mengasah pisau kecilnya.

Yu Rengu : Bajra! Kapan kamu bayar utangmu?

Bajra : itu gampang yu.. nanti kalo sudah dapat garapan. Tak bayar utangku. Trus nanti tak beliin panci baru, panci mu kan sudah tambalan. Trus nanti warungnya tak bikin baru sekalian. Mejanya juga tak beli baru nanti.

Yu Rengu :Cah Edan! he, Bajra…apa kerjamu? Tiap hari Cuma ngasah pisau sama nongkrong di warung ku.

Bajra :kok sampeyan sirik?

Yu Rengu : gawe mata sepet wae.

Bajra :yo, wis ben.

Yu Rengu : mbok kamu bantu-bantu bapak mu ngerjain ladangnya. Bapak mu kan sudah tua.

Bajra : wis ben.. bapak isih kuat.

Yu Rengu :dikandani wong tuo kok ngeyel. Coba kapan kamu bantu bapak mu?

Bajra : lhoh.. sampeyan ki pripun to? kurang bantu apa aku ini. ingat, sebulan yang lalu? Waktu kita harus menyerahkan upeti ke kerajaan Kediri? Siapa yang terus berani ngrampok padi sama buah-buahan kita yang sudah dibawa Prajurit Kediri itu? Cuma aku dan gerombolan ku tok…! trus ingat? Waktu Nyi Pratala didatangi prajurit dan dipaksa menyerahkan putrinya, siapa yang diam-diam melepas kuda prajurit itu, yaa Bajra…. Sopo meneh wani koyo ngono? Iki lho Bajra, Preman Kampung iki!!

sastrodipo : Sombong koe Bajra…

Bajra : Kenyataan Kang..(Nada Sombong)

Yu Rengu : he, wong Ken Arok yang sudah menumpas semua prajurit Kediri yang datang kemari aja ndak pernah pamer kok. Lhah kok, Bajra yang baru berani nglepasin kuda prajurit,,sombongnya setengah modar!

Dwijo : sstt Yu… ati-ati kalo ngomong.

Yu Rengu : Lha ngopo to?

Dwijo : pokoknya jangan bicara tentang Ken Arok dan penumpasan-penumpasannya, nanti kita dikira pemberontak.

sastrodipo : knapa harus takut? Setiap 3 bulan kita harus menyerahkan upeti, tapi apa yang diberi orang-orang Kediri sama kita? Tidak ada… kamu tau? anakku sakit sudah satu bulan, tapi siapa peduli? Tidak pernah dalam sejarah tabib-tabib di Kediri itu sampai ke Tumapel. Belum lagi, Pak Nyoto yang hilang diculik Prajurit. Cuma gara-gara mimpin Jathilan deso, dituduh yang bukan-bukan. Hilang, terus tidak kembali.

Yu Rengu : Bener kang,, Dagangan bapak ku yang piring-piring tanah liat itu sekarang juga ndak payu.. kalah saingan sama piring-piring keramik Cina,, harga punya Cina lebih murah soalnya.

sastrodipo : lhah iya.. gara-gara Raja Kretajaya itu membuka hubungan dagang seluas-luasnya dengan negeri Cina, kita jadi kalah saingan.

Bajra : bener-bener… aku juga sepakat kalo misalnya nanti ada yang mimpin pemberontakan

Yu Rengu : kalo misalnya ada yang mimpin? Kenapa ndak kamu sendiri? Takut? (nada mengejek)

Bajra : ummm.. yo bukan begitu… masalahnya kan, prajurit Kediri itu banyak, belum lagi kalau mau menyerang itu jauuuh tempatnya, teruss….

Yu Rengu : bilang aja takut! Kamu beraninya rame-rame!

Dwijo :sstt sudah-sudah… pokoknya jangan bicara itu lagi. Lagipula, kalau bicara itu bisa-bisa… kita dituduh terlibat pembunuhan Tunggul Ametung.

Yu Rengu, Bajra : Wehh.. kok bisa?

Dwijo : ya iya.. pembunuh Tunggul Ametung kan belum jelas siapa. Mungkin Kebo Ijo, mungkin orang-orang lain yang dekat dengannya, mungkin juga… Ken Arok.

sastrodipo :jangan ngawur kang..

Yu Rengu : aku jadi merinding kang.

Bajra : Mosok si? (gumam,Sambil mondar-mandir, sedikit gelisah kemudian pamit)

Dwijo : aku dengar dari Pak Broto, dia saudaraku yang tinggal dekat dengan Kraton. Katanya, sekarang Raja Kretajaya sedang gencar-gencarnya mencari orang-orang atau gerombolan yang dianggap mengganggu ketertiban umum. Termasuk Ken Arok.

Yu Rengu : trus kalo ketangkep diapakan kang?

Dwijo : ya ndak tau.. bisa diiket, dicambuk, dipenjara, dipasung, hiiii…. Sudah ah. Aku jadi takut sendiri.

sastrodipo : tidak perlu khawatir berlebihan kang… tapi suatu hari pasti Ken Arok memimpin perang Tumapel melawan Kediri, aku yakin..

Bajra berlari, panik, nabrak meja Yu Rengu.

Yu Rengu : Cah Edannn…. Ngopo koe?

Bajra : Pak bubar wae.. cepet bubar! Ada sekompi prajurit Kediri masuk kampung. Daripada kita ditanya-tanya.

Yu Rengu :Katanya kamu preman. Kok takut?

Bajra :kalo sendiri takut yu..

Sastropido dan Dwijo serta Bajra pergi.

Babak III

Para Brahmana berkumpul di biara, mereka membicarakan usulan mereka yang ditolak oleh raja kretajaya.

Brahamana I : Bapa.. bagaimana keputusan Raja Kretajaya?

Ketua Brahmana : usulan kita untuk menambah biara ditolak. Alasannya Kerajaan Kediri hanya mengakui satu aliran Hindu yaitu Hindu Wisnu. Sedang, Hindu Syiwa dan hindu-hindu lain boleh berkembang tapi dalam pengawasan, agar tidak menganggu ketertiban umum.

Brahmana II : Apa yang dipikirkan Raja Kretajaya? Dalam pengawasan? Pertemuan Brahmana-brahmana Hindu Syiwa kemarin pun diawasi, bahkan dijaga prajurit. Apa yang beliau takut kan? Kita minoritas, pengikut kita di Kerajaan Kediri ini sedikit!

Brahmana III : Jagad Pramudita.. Sungguh, tak terpikirkan. Bahkan dua kitab tentang menghargai perbedaan yang dikeluarkan kita pun dilarang terbit. Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan politik.

Brahmana IV :jangankan kitab kita tentang kebebasan beragama, Kitab tentang sejarah-sejarah perkumpulan kesenian daerah Kediri pun dilarang terbit!

Ketua Brahmana : sudah jangan syak wasangka yang bukan-bukan.

Brahmana I : tapi Bapa, kita bagai terpenjara di sini. Ada tapi tak terlihat. Kita memiliki keberadaan tapi sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berekspresi.

Ketua Brahmana :umm..(sambil mengangguk) apa yang harus kita lakukan?

Brahmana III : kita ini hanya segelintir. Apa yang sanggup kita perbuat? Melawan hanya dengan sedikit kekuatan, sia-sia.

Brahmana II : Benar…

Bapa. Saya punya usul. Saya mendengar Ken Arok dari Tumapel sedang menyiapkan pemberontakan di desanya sana.

Ketua Brahmana : lalu?

Brahmana II : di sana banyak orang yang senasib dengan kita. Ada tapi tak terlihat, bahkan dilupakan,ya sengaja dilupakan. ..Bagaimana kalau kita pindah ke tumapel, kita juga akan beruntung mendapat perlindungan dari Ken Arok.

Brahmana III, IV : sepakat guru.

Ketua Brahmana : Bagaimana mungkin? Kita pasti diinterogasi oleh penjaga perbatasan. Apa lagi kita membawa banyak barang.

Brahmana I : kita bisa lewat jalan memutar. Lewat alas jati.

Brahmana II :betul. Kita tak perlu bawa banyak barang. Perbekalan secukupnya saja.

Brahmana III : di perjalanan kita bisa menginap di pondok pertapa tua yang kukenal. Iya kan?

Ketua Brahmana :kalau memang itu jalan yang baik untuk kita semua dan kalian bersikeras. Maka baiklah, nanti malam kita bersiap-siap, dan berangkat diam-diam.

Fade out

Babak IV: DI SEBUAH PADEPOKAN, BEBERAPA PEMUDA SEDANG MENGASAH TOMBAK, YANG LAIN BERLATIH BELA DIRI. KEN AROK DATANG DAN MEMBERITAKAN WAKTUNYA TELAH TIBA UNTUK MENYERANG KERAJAAN KEDIRI.

Tabuhan musik (durasi 3 menit). Suasana padepokan yang sedang berlatih. Latihan berkelahi gaya estetis.

Bajra datang. Bersama gerombolan pengikut.

Pemuda I : kawanku, Bajra. Bagaimana rencana penyerangan kita? (Sambil menyambut Ken Arok)

Bajra : Itulah, aku datang kemari untuk menyampaikan pesan dari Ken Arok. Waktunya telah tiba, segera bersiap-siaplah kita semua, Jika matahari telah tenggelam, bergegaslah, kita berangkat menuju medan kemengan kita! Menyerang KEDIRI!!

Fade Out

Babak V: PEPERANGAN DI DEKAT DESA GANTER YANG DIMENANGKAN PRAJURIT TUMAPEL

Ken Arok : (naik ke atas level, mengajak) wahai semua kawanku. Darah rakyat telah tumpah, oleh sebab penindasan, keringat manusia telah menjelma menjadi gelora pemberontakan. Ini lah waktunya, meluapkan semua tenaga dan semangat yang kini mencapai puncaknya!! Lawan!! Lawan!!Lawan KEDIRI!

Semua Pemuda : SERANG!! SERAANG!!SERAANG!! (Saut-Sautan)

PERANG

Fade Out

Babak VI : Yu Rengu Dalam Dandanan Yang Lebih Tua. Nembang. Menggambarkan Setelah Berkuasanya Ken Arok, Ternyata Rakyat Tetap Menderita.

Lhah ngene iki rasane dadi wong cilik…

Urip angel tambah angel……….

gonta-gantine sing mimpin

Urip ora malih

Wong sing wis tinitah dadi wong agung

Lali dening sapa sing nitah

Eee lhah…

Iku wong durbala murka, nora nana mareme ning jero ati

Sabarang karepanipun, nadyan wis katekan,

Karepane nora marem saya mbanjur,

Luamah lawan amarah,

Iku ingkang dentutwuri (pangkur,11)

[seperti ini rasanya jadi ‘wong cilik’…

Hidup susah tambah susah

Ganti-ganti pemimpin

Hidup tidak berubah

Orang yang diutus/ ditakdirkan jadi orang besar

Lupa akan siapa yang mengutusnya

Eee lhah…

Orang seperti itu adalah serakah, tidak akan pernah puas,

Semua keinginannya, walaupun sudah tercapai,

Akan semakin menjadi-jadi, nafsu luamah dan amarah,

Yang dituruti]

*dipentaskan oleh FSB (Forum Seni dan Budaya) ReTORIKA, Vena Teatrika, dan Lumbung Art Tema pada 27 Maret 2010 di pendopo Rumah Dinas Walikota Yogyakarta.

Perempuan di Sepotong Sore*



Tema :sudahkah perempuan merdeka hari ini?

Sudahkah perempuan merdeka hari ini?ketika mereka masih dikungkung dengan cara berpikir laki-laki (patriarkis). Musuh mereka bukan hanya sekedar hal-hal yang nampak, namun sesuatu yang ada di baliknya, misalnya penciptaan image wanita cantik guna lakunya produk. Berapa wanita yang kini memakai pemutih, meluruskan rambut, operasi wajah, atau pantat agar dikatakan cantik?

Hari ini banyak perempuan dengan lantang menyerukan suaranya, tapi sungguhkah perempuan sudah merdeka?

I : wanita adalah konco wingking, manut sama suami

II :penggosip, tidak tahu apa yang ia katakan

III : perefleksi, sudahkah perempuan merdeka hari ini?

IV :wanita adalah pemimpin, wanita harus lebih berkuasa daripada pria

V : pragmatis, malas berpikir panjang. Menganggap wanita IV terlalu kebablasan.

VI : wanita menarik, penggoda

Mbah surati : wanita berusia 70 tahun. Asli Surabaya. Buta huruf.Paling tua di antara ibu-ibu yang lain, namun demikian sering dijadikan bahan guyonan karena tingkah laku dan cara bicaranya yang terkadang lucu. Beranggapan bahwa wanita ialah konco wingking, manut sama suami.

Nunung : ceplas-ceplos. asal Surabaya juga. beranggapan bahwa wanita adalah pemimpin harus lebih berkuasa daripada pria.

Fina :usia 27 tahun. Asli Jakarta. Menikah di usia dini dan kini telah bercerai dan menjanda baru 2 bulan. Cerai karena suaminya selingkuh. Nyolot. Suka nggosip. Tidak tahu apa yang dia katakan. Belum punya pekerjaan selepas ditinggal suaminya.

Yu Dah :Asal bekasi tapi sudah lama di jogja. Pragmatis. Malas berpikir panjang. Tidak banyak bicara. Hidup adalah untuk cari uang. Punya warung/ angkringan yang jual nasi bungkus dan gorengan. Selalu beranggapan bahwa

dinda :keponakan Yu Dah. Membantu tantenya di warung. Numpang di rumah tantenya karena orang tuanya tinggal di Sulawesi. Teman ngobrol ibu-ibu.

wangi :wanita berusia 21 tahun. Asal magelang. mengaku bekerja sebagai kasir di salah satu kafe namun dicurigai sebagai wanita gag bener. Tidak terlalu nyaman dengan ibu-ibu penggosip.

Lik ‘de :usia 30 tahun. Suka berefleksi. Dulu pernah kuliah tapi tidak selesai karena tidak punya biaya.

Sore itu, Mbah Surati, Nunung, Fina, Yu Dah, Dinda, Wangi, dan Lik ‘de ngobrol sambil melakukan aktivitas di depan rumah masing-masing. Masalah datang ketika, mbak Fina menyiarkan gosip bahwa suami-suami mereka tertarik dengan tetangga baru bernama wangi. Bahkan gosipnya, di antara suami-suami itu sudah ada yang berani jalan bareng sama si wangi tanpa sepengetahuan ibu-ibu itu. Tentu saja gosip itu memancing berbagai reaksi dari ibu-ibu. Wangi pun jadi kambing hitam. Puncaknya, diketahui bahwa ternyata bukan wangi yang menjadi biang masalah melainkan Fina sendiri yang selingkuh dengan para suami mereka.

-puisi-

Ini adalah cerita lama

Tentang makhluk bernama perempuan

yang sedang berjuang meraih kemandirian

sudahkah mereka merdeka hari ini?

fade in

(Sore hari, di satu gang, Yu Dah sedang menyiapkan nasi bungkus di warungnya, dibantu keponakannya, dinda. Mbah surati duduk-duduk sambil baca koran. Nunung nyapu di depan rumah. Lik’ de juga sedang merapikan pot-pot di depan rumahnya)

Nunung : mbah…

Mbah Surati : he..(tetep baca Koran)

Nunung :mbah..(dgn nada lebih tinggi)

Mbah Surati : apa ta? mbah..mbeh..mbah..mbeh…

Nunung : sampeyan iku lho, maca Koran sgala..

Mbah surati :la napa ta? Salah yen wong tuwa maca Koran?

Nunung :yo gag salah.. tapi…simbah kan gag bisa baca alias buta huruf, apanya yang mau dibaca?mending bantuin aku nyapu.. timbangane maca Koran tapi ra dong opo britane…

Mbah Surati : sopo ngomong aku ra mudeng britane?

Nunung : opo jajal britane?

Mbah Surati : yo okeh…

Nunung :tenan to ora mudeng… paling sing sampeyan ndelok kuwi cuman gambar’e. terus mengko yen ono gambar cewek ayu langsung ditiru dandane. Sadar umur mbah… mosok wis tua ngono isih pengin nganggo rok cekak trus nganggo opo kuwi jenenge..legging.

Mbah Surati :(cemberut)

Lik De’ : memang, sungguhkah perempuan sudah merdeka hari ini ya?

Yu Dah :opo to Lik De? Koe ki sok ngomong ra jelas.

Nunung :iyo nyamber ae koyo mercon banting, rak nyambung maneh.

Lik De :lhoh..aku ki cuman nyambung omonganmu karo mbah surati mau.

Nunung : asss…ncen sampeyan ki ora jelas. Jeneng’e wae Lik De. Cilik Gedhe. Sakjane cilik opo gedhe?!

Dinda :apanya si mbak nung yang ‘cilik opo gedhe’?

Nunung :hush.. cah cilik. Durung oleh ngerti. Saru.

Lik De’ :tu kan..itu yang kubilang, sungguhkah perempuan sudah merdeka hari ini? kita selalu terkungkung dengan cara berpikir laki-laki.

Yu Dah :halah lik! aku tambah rak mudeng!

Ngobrol-ngobrol mana ni lelaki-lelaki kita? Koq padha gag kliatan…

Lik De’ :suamimu tu tadi pergi ke kota sama suamiku. lagi beli gergaji, besok katanya mau ada kerja bakti.

Nunung :podho bojo’ku lagi neng kutha, neng supermarket, tak kongkon blanja.

Mbah Surati :neng ndi yo mbah genjik mau? Mau pamit lunga.

Nunung :pikun!

Mbah Surati :daripada koe..males…

Nunung :lhah kok iso ta?

Mbah Surati :lhah iyo…wong blonjo wae ngongkon bojone.

Nunung :lha kuwi gunane duwe bojo. Bojo kuwi dinggo dikongkon!

Mbah Surati : welahh..bojo kuwi dituruti ora dikongkoni. Bojo kuwi pemimpin keluarga.

Nunung :ass..

Yu Dah :bojo kuwi yo nggo digandeng.

Lik De’ :bojo kuwi garwa, sigaraning nyowo, artine yo saling melengkapi urip.

Fina :apaan si kalian? Bojo..bojo… gag ngerti aku..(datang tiba-tiba)

Nunung :yo wong koe rak duwe bojo saiki!

Fina :eh, apa sih?

Nunung :pantesan dipegat bojone, lha wong rak mudengan..

(ibu-ibu lain ketawa)

Fina : daripada kagak jelas ni kalian padhe.. mending icipin brownies buatan aye deh..

Dinda :browniesnya koq aneh mbak rasanya?

Lik De, mbah surati :ho’oh…

Nunung : mbok ke’i opo he iki?

Fina : hehe..iya tadi coklatnya habis trus akuw kasih gula jawa.

Yu dah : pantesan aneh..

Mbah Surati : alah-alah..cah wadon yen rak iso masak ki yo ngene iki.

Nunung : he, sampeyan ngece aku?

Mbah Surati : kok koe sing sensi?

Nunung : yo jelas…

Mbah Surati : dadi koe rak iso masak? Hehehe.. terus sing masak bojomu juga?

Nunung :yo iyolah…

Mbah Surati :pancen kebablasen koe kuwi..

Fina :udah si.. bertengkar aja ni padhe. Mending denger berita ter-hot dari gue.

Mbah Surati :opo to?

Fina : kalian gag pada curiga? Coba pikir kemana coba laki-laki kalian sore-sore begini pada pergi semua kan?

Yu Dah : rak sah gosip sing ora-ora mbak Fina.

Fina :eh, beneran. Kalian ga curiga? Kampung kita kan kedatangan tetangga baru. Itu lho si wangi.

Nunung :yang bodinya semohai kuwi ta?

Dinda :mbak wangi yang putih itu?

Fina :iya..

Lik de : emang terus apa hubungannya sama suami kami?

Fina :ih, pliss deh ibu-ibu. Coba dong kalian pikir. Laki-laki lihat perempuan seksi n putih kayak gitu kayak kucing laper lihat teri..bandeng malahan!

Nunung :mosok se?

Mbah Surati : mosok mbah-mbah kayak mbah genjik, suamiku itu yo tertarik sama wanita muda kayak gitu? Emang mbah genjik masih bisa ehhmm..?

Fina : aelaah… pria tu gag mandang tua muda. Sama aja. Kalo ada wanita cantik pasti..ehmm!

Yu Dah : gag usah gosip yang macem2!

Dinda :lagi pula mbak wangi baik koq. Kemarin aja dia nebengin aku naik motornya waktu pulang.

Fina :itu kan sama kamu. Gag tau kan kalo sama laki-laki kalian?jangan-jangan malah baik juga?terus akrab, terus…

Yu Dah : terus apa he? Kamu mau bilang laki-laki kami selingkuh sama si Wangi?

Fina : secara wangi itu badannya seksi, kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya juga oke, ungu-ungu gitu kan..kayak bintang asia? Umm..siapa tu..umm..

Nunung : terus maksudmu, kon kudhu dandan koyo ngono juga ben iso nyaingi wangi.

Lik De’ : tu kan.. itu lho yu, yang kumaksud sungguhkah perempuan sudah merdeka? kalo semua jadi seragam, Kalo bentuk tubuh, bentuk kulit, bentuk wajah, bentuk rambut, dan bentuk pakaian semua diatur sama. Masihkah kita bisa memilih sesuai kehendak kita. Bahkan mungkin kehendak kita pun sudah diatur?

Yu Dah : ahh, mboh, mumet aku. Sing siji nggosip, sing siji ndongeng kancil!

Tiba-tiba wangi datang

Dinda :eh, mbak wangi…

Wangi : dik.. beli nasi bungkus satu yu..sama es teh dibungkus.

Yu dah :sekedhap nggih.. pinarak riyin mbak..

Wangi :iya buk.

Nunung :mau ke mana mbak? Koq cantik banget.

Wangi :mau kerja bu

Nunung : kerja di mana?

Wangi :jadi kasir di kafe shinning.

Yu dah : ini udah mbak..smuanya 4000.

Wangi :ini buk.

Yu dah :ati-ati mbak.

Fina : tu kan kalian gag lihat. Klop banget kan. Laki-laki kalian pergi dan secara bersamaan si wangi pergi juga.

Yu dah :dia tu mau kerja.

Fina :gag tau juga kan? Ngomongnya kerja di kafe shinning tapi yang ada kafe remang-remang.

Nunung :he, kon iku ya!nek ngomong cangkem’e dijogo!!

Fina : eh, ini bener mbak.. asal kalian tau aja ya.. aku pernah liat salah satu dari suami-suami kalian itu yang jalan bareng wangi di mall. Apa gag sakit ati tu kalian? Sekarang aja kalian jelek-jelek’in aku. Nanti kalo terbukti gimana?

Nunung : sopo?

Fina : rahasia dong.

Fade out

Siluet laki-laki sedang bemesraan bersama fina. (lagu)

Suara Out Screen

Laki-laki :Fin, aku heran kenapa suamimu cerai’in kamu?

Fina :menurut kamu?

Laki-laki :kamu pandai menggoda. (sambil mau mencium)

Fina : jangan beibh.. jangan di rumah ini. nanti ketahuan..

Laki-laki : gag akan..

Suara keempat perempuan : Pakkk….!!

Fade out

-puisi-

+ (dibaca wangi) :haruskah aku disalahkan? Hanya karena tubuhku yang kalian anggap ‘memancing birahi’?

-(dibaca simbol laki-laki):tapi kalian memang sengaja memamerkan paha, dada, dan pantat kalian

+ :karena kalian memaksa kami!

- :karena kalian menikmati itu!

+ :kami tidak menikmati!

- :sudahlah.. kalian hanya punya itu!

+ : kami punya pikiran dan kehendak! Kami sedang berjuang!


*dipentaskan oleh FSB (Forum Seni dan Budaya) ReTORIKA Filsafat UGM pada Open House 2009


CERITA LAWAS YANG TERUS DIKUPAS


“Kenapa harus menggarap kesenian tradisi yang hanya terus menerus mengulang cerita lawas?”

Respon dari seorang kawan tersebut mengundang tanya juga dalam diri saya dan akhirnya memaksa untuk mencari jawabnya. Mengapa kesenian tradisi harus terjebak dalam masa lampau? Tidak adakah perannya di kehidupan masa kini?
Didong dari masyarakat Gayo, Aceh; lenong dari Jawa barat; ketoprak dari Jawa tengah, ludruk dari Jawa Timur, Meleab dari masyarakat Tolitoli, Sulawesi; merupakan beberapa contoh kesenian tradisi. Kesenian tradisi pada umumnya telah mempunyai pakem atau patokan yang harus ditaati. Pakem tersebut dapat berupa isi cerita, atau bentuk kesenian seperti kostum, gesture, setting panggung, atau musik pengiring.

Chernyshevsky:
Keindahan adalah kehidupan...suatu objek yang indah ialah yang mengungkapkan kehidupan, atau yang mengingatkan diri kita pada kehidupan. (Chernyshevsky, 2005: hal 8,151)

Seni selalu mengandung unsur keindahan. Bertolak dari definisi keindahan yang diberikan Chernyshevsky, filsuf kebangsaan Rusia yang menulis The Aesthetic Relations of Art to Reality , seni mencakup segala segala sesuatu dalam kehidupan atau sesuatu yang mengingatkan diri kita pada kehidupan dan alam yang menjadi perhatian manusia. Artinya, Seni bukan hanya sekedar rekaan-rekaan yang tidak menemukan relevansinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Seorang seniman di sini, tidak hanya sekedar mereproduksi gejala alam tapi juga berpikir dan memberi penilaian atasnya. Seni dalam pengertian Chernyshevsky oleh Hesri Setiawan, seorang pelukis dan Mantan Ketua Lekra Jawa Tengah, diungkapkan dalam seni (baik berbentuk tulisan, lagu , lukisan, maupun permainan peran) yang bisa membangkitkan semangat rakyat untuk bergerak, bergerak bukan hanya dalam arti fisik, namun mental juga. Sebagai contoh, Di zaman Revolusi Indonesia, tahun 1950 – 1960 an, seni yang mengingatkan akan kehidupan ialah seni yang mampu menggugah kesadaran bahwa ada yang salah dalam sistem bagi hasil petani. Seni bukan hanya saja berfungsi sebagai hiburan, tapi dapat mengingatkan seseorang akan kehidupannya. Demikian juga dengan seni tradisi seperti wayang dan ketoprak, dalam pertunjukannya, mereka juga sebenarnya mengungkapkan kehidupan, pikiran atau kegelisahan rakyat. Dalam ketoprak kesemuanya itu dikemas dalam dialog-dialog jenaka pemain di satu babak. Sedang dalam Wayang, ada bagian ‘gara-gara’(baca:goro-goro) yang mengungkapkan tentang realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat dengan kemasan yang juga cukup jenaka. Menghidupkan dan meneruskan kesenian tradisi sebagai sesuatu yang tetap relevan pada zamannya dapat dilakukan pula dengan pembacaan ulang terhadap teks-teks mite, legenda, atau dongeng. Cerita Ramayana yang ditafsir ulang dengan kacamata feminisme misalnya, bahwa ‘mengapa hanya perempuan (Dewi Sinta) yang perlu membuktikan keperawanannya?’, bisa menjadi salah satu bahan refleksi saat ini. Atau Kisah Calon Arang, yang masih dalam kacamata feminisme, dapat dilihat sebagai kekuatan wanita (Calon Arang) untuk mengatur dan mengendalikan kekuatan patriarkhis di sekitarnya. Atau Kisah Mahabarata yang dibaca ulang sebagai penggambaran karakter manusia (pandawa dan kurawa) yang tak pernah bisa hitam putih tapi abu-abu. Tidak pernah bisa seratus persen baik atau buruk tapi campuran antara keduanya.
“Seni bukanlah sekedar hiburan, tapi dapat mengingatkan seseorang akan kehidupannya”.
Kesenian tradisi yang dapat mengingatkan akan kehidupan rakyat merupakan perwujudan dari paradigma ‘seni untuk sesuatu’. Maksud dari ‘Seni untuk sesuatu’ adalah seni sebagai media untuk mengkomunikasikan suatu gagasan. Kesenian tradisi sebagai media untuk mengkomunikasikan gagasan kerakyatan. Seni tidak hanya berurusan dengan teknis-teknis pencapaian karya yang estetis tapi juga isi yang ingin disampaikannya.
Walaupun demikian, seni yang menyuarakan hati rakyat bukan berarti seni yang vulgar. Vulgar di sini berarti tidak lagi memuat simbol-simbol, semua diungkapkan secara denotatif. Menurut Hesri Setiawan, keunggulan seni ialah ketika dapat mengugah orang-orang untuk berfantasi. Kritik-kritik sosial diungkapkan dengan cara di’sampar-sampar’ atau menyerempet atau disinggung-singgung.
‘Mau tidak mau, untuk mempertahankan seni tradisi ialah dengan melakukan pembacaan ulang terhadapnya’, kata seorang kawan.
Kesenian tradisi dapat relevan dengan zamannya dan punya peran untuk mengingatkan pada kehidupan serta membangun semangat penikmatnya. Dan tentu saja bukan berarti melakukan vulgarisasi karena tetap memperhatikan sisi estetis dalam karya.
Sumber:
Film Dokumentasi Bumi Tarung. ‘Yang Bertanah Air Tak Bertanah’. Kotak Hitam Production. 2009.
Chernyshevsky, N.G. (Samanjaya, penerj). 2005. Hubungan Estetik Seni dengan Realitas. Bandung: CV.Ultimus.