Realisme dapat didefinisikan sebagai aliran dalam seni yang menekankan representasi benda, tindakan, atau kondisi sosial sebagai yang sebenarnya, tanpa idealisasi atau presentasi dalam bentuk abstrak.[1]
Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi. Paruh kedua abad ke-19 disebut sebagai abad positivis. Itu adalah abad yang menyakini semua pengetahuan berasal dari ilmu pengetahuan dan metode objektif ilmiah yang dapat menyelesaikan semua masalah manusia. Dalam seni visual, semangat ini, nampak paling jelas dalam penolakan terhadap subjektivisme Romantis dan imajinasi. Pemikiran positivis nampak jelas dalam berbagai perkembangan artistik setelah 1850 - dari pengenalan unsur realistis menjadi seni akademik, dari penekanan pada fenomena cahaya, hingga pengembangan fotografi dan penerapan teknologi baru dalam arsitektur dan konstruksi.[2]
Realisme meliputi materi pokok, kegiatan penonton/pembaca seni dan kelas sosial yang sebelumnya dianggap tidak layak direpresentasi dalam seni tinggi. Gustave Courbet, pelukis Prancis menggunakan kata realisme sebagai judul untuk sebuah manifesto yang disertai pameran karya-karyanya pada tahun 1855. Pengaruh realisme meluas hingga abad ke-20, dan manifestasi berikutnya diberi label sebagai Realisme Sosial.[3] Realisme sosialis sesungguhnya merupakan teori seni yang mendasarkan pada kontemplasi dialektik antara seniman dan lingkungan sosialnya. Seniman ditempatkan tidak terpisah dari lingkungan tempatnya berada. .[4]
Semangat realisme tidak hanya dikenal dalam seni visual tapi juga dalam teater, sastra, dan sinema.
[1] (Dictionary, http://www.answers.com/topic/realism)
[2] (http://www.huntfor.com/arthistory/c19th/realism.htm)
[3] (Art Encyclopedia, http://www.answers.com/topic/realism)
[4] Kurniawan, Eka, 1999, Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis, Yayasan Aksara Indonesia Yogyakarta.
Minggu, 17 Juli 2011
sisa sisa kisah
25 Mei 2010, 5:41
setelah mereda gemuruh hari mendung kemarin
aku masih tetap merindukanmu
dalam diam
28 Aug 2010
...
Perempuan pembuat sajak
siang ini masih merajut aksara-aksara
menjadi kata
memberi makna
pada sederet alinea
menuang rasa
juga amarah membara
pada sang surya
yang membakar dengan sengat cahaya.
...
Aku mengingat perjumpaan kita
kamu lelaki pembawa keceriaan
dan aku perempuan beraut sendu.
21 Des 2010
aku mengenangkan wajahmu
yang tergambar
dalam sisa-sisa hujan tadi malam
27 Des 2010
maka kutulis catatan ini
agar aku bisa menemukan
kenanganmu dalam
baris-baris aksara.
setelah mereda gemuruh hari mendung kemarin
aku masih tetap merindukanmu
dalam diam
28 Aug 2010
...
Perempuan pembuat sajak
siang ini masih merajut aksara-aksara
menjadi kata
memberi makna
pada sederet alinea
menuang rasa
juga amarah membara
pada sang surya
yang membakar dengan sengat cahaya.
...
Aku mengingat perjumpaan kita
kamu lelaki pembawa keceriaan
dan aku perempuan beraut sendu.
21 Des 2010
aku mengenangkan wajahmu
yang tergambar
dalam sisa-sisa hujan tadi malam
27 Des 2010
maka kutulis catatan ini
agar aku bisa menemukan
kenanganmu dalam
baris-baris aksara.
Langganan:
Postingan (Atom)