Senin, 05 April 2010

‘T U M A P E L’*





Penulis Naskah : Anastasia Jessica A.S.

Thank’s to : Yuke Rizki A., Momo, Jovanka, dan Om Gond,

Sinopsis:

Setelah terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Keris Empu Gandring, situasi Tumapel, salah satu daerah bagian dari Kerajaan Kediri, dipenuhi dengan suasana was-was, dan kabar burung tentang pembunuhan Tunggul Ametung semakin membuat situasi mencekam. Suasana di Pusat Kerajaan Kediri pun dalam keadaan kacau, baik situasi politik, ekonomi maupun budaya nya. Jauh dari pusat kerajaan , di daerah Tumapel, imbas kekacauan itu pun terasa. Rakyat dipaksa bekerja dan menyerahkan upeti kepada kerajaan Kediri, namun tak sedikit pun pembangunan yang berarti di Tumapel. Belum lagi, politik ekonomi yang diterapkan oleh Kediri, untuk membuka jalur perdagangan bebas dengan negara-negara Cina, mengakibatkan hasil produksi rakyat tak dapat bersaing harga. Pemerintahan diktaktor Kretajaya memberangus siapa saja yang mengoorganisir massa untuk memberontak. Kretajaya juga melarang terbitnya kitab-kitab yang dinilai dapat memprovokasi rakyat untuk melakukan revolusi. Raja Kretajaya mengangkat dirinya sendiri sebagai dewa yang patut disembah, para Brahmana di Kerajaan Kediri pun merasa keberatan dengan hal tersebut. Ketika para Brahmana Kediri mengusulkan pandangan baru yang lebih pluralis dalam keberagamaan di Kediri, usul ini ditolak. Bahwasannya, Kretajaya takut rakyat semakin susah dikendalikan karena terlalu banyaknya kelompok agama. Para Brahmana kemudian memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Ken Arok ialah seorang perampok yang berguru pada Brahmana bernama Lohgawe. Walaupun Ken Arok seorang perampok, namun dia sangat dekat dengan rakyat jelata. Misi Ken Arok ialah menumbangkan pemerintahan Kediri hingga ke akar-akarnya. Setelah mendapat dukungan dari rakyat dan para Brahmana, Ken Arok pun melakukan pemberontakan terhadap kerajaan kediri. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah danKertajaya diberitakan mati. Kemudian Ken Arok menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Namun, ternyata di bawah kekuasaan Ken Arok yang semula dipercaya sebagai wakil kaum kawula, rakyat tetap menderita. Ken Arok terlena dalam kekuasaan.

KARAKTER:

RAJA KRETAJAYA : Gagah walaupun perutnya telah sedikit membuncit di tengah umurnya yang mencapai 60an. Arogan. Takut tersaingi. Diktaktor. à RENDRA

KEN AROK : Pemuda, Kurus, tapi Gagah berumur 20an. Berkharisma. Sangat ingin menumpas Kerajaan Kediri. Tidak sombong dan arogan.--> RENGGA

KETUA BRAHMANA : Berumur 60 an. àABDI

BRAHMANA 2 :FADIAR

BRAHMANA 3 : AGI

BRAHMANA 4 : GARENG

YU RENGU : Penjual nasi. Selalu sirik sama Bajra, Preman kampung. Penakut juga sebenarnya. Apa lagi dengan sesuatu yang berbau prajurit. àVERA

BAJRA : Kepala Preman di salah satu daerah di Tumapel. Walaupun ia hanya mengepalai daerah kecil di daerah Tumapel tapi gaya nya selangit. Sangat mengidolakan Ken Arok.--> CUENK

SASTRODIPO : RAKYAT BIASA. SANGAT SETUJU DENGAN PEMBERONTAKAN.--> AKID/ GOMBONG

DWIJO : PENAKUT. TAKUT PADA PRAJURIT KEDIRI. à PAK LURAH

PRAJURIT KEDIRI :

PRAJURIT TUMAPEL :

PEMBABAKAN

Babak I : ILUSTRASI TERBUNUHNYA TUNGGUL AMETUNG KARENA TERHUNUS KERIS EMPU GANDRING.

Babak II :WARUNG YU RENGU. BEBERAPA PETANI SEDANG ‘NGASO’ SAMBIL SALING BERCERITA TENTANG SITUASI YANG MENGGELISAHKAN MEREKA. RAKYAT JUGA BERGOSIP TENTANG PEMBUNUHAN TUNGGUL AMETUNG. TIBA-TIBA DATANG BALA TENTARA KEDIRI DAN KARENA TAKUT MEREKA MEMUTUSKAN UNTUK PULANG.

Babak III: PUSAT KERAJAAN KEDIRI. BIARA. PARA BRAHMANA SEDANG BERKUMPUL. MEREKA MEMBICARAKAN USULAN MEREKA YANG DITOLAK OLEH RAJA KRETAJAYA. AKHIRNYA, PARA BRAHMANA MEMUTUSKAN UNTUK PINDAH KE TUMAPEL, MEMINTA PERLINDUNGAN KEN AROK YANG BERITANYA SEDANG MEMPERSIAPKAN PEMBERONTAKAN.

Babak IV: DI SEBUAH PADEPOKAN, BEBERAPA PEMUDA SEDANG MENGASAH TOMBAK, YANG LAIN BERLATIH BELA DIRI.UTUSAN KEN AROK DATANG DAN MEMBERITAKAN WAKTUNYA TELAH TIBA UNTUK MENYERANG KERAJAAN KEDIRI.

Babak V: PEPERANGAN DI DEKAT DESA GANTER YANG DIMENANGKAN PRAJURIT TUMAPEL.

Babak VI : YU RENGU DALAM DANDANAN YANG LEBIH TUA. NEMBANG. MENGGAMBARKAN SETELAH BERKUASANYA KEN AROK, TERNYATA RAKYAT TETAP MENDERITA.

Babak I

Terbunuhnya Tunggul Ametung Karena Terhunus Keris Empu Gandring. Ken Arok (dalam bentuk yang samar-samar) menghunuskan keris empu gandring ke perut Tunggul Ametung.

Ken Arok : Tunggul Ametung, Raja Tumapel, Riwayatmu kini telah berakhir!

Babak II

Bajra sedang nongkrong dan Dua orang petani datang untuk beristirahat setelah mengolah sawahnya, di warung Yu Rengu.

Sastrodipo : kopi siji Yu…

Dwijo : aku iyo.

Sejenak terdiam. Bajra sedang mengasah pisau kecilnya.

Yu Rengu : Bajra! Kapan kamu bayar utangmu?

Bajra : itu gampang yu.. nanti kalo sudah dapat garapan. Tak bayar utangku. Trus nanti tak beliin panci baru, panci mu kan sudah tambalan. Trus nanti warungnya tak bikin baru sekalian. Mejanya juga tak beli baru nanti.

Yu Rengu :Cah Edan! he, Bajra…apa kerjamu? Tiap hari Cuma ngasah pisau sama nongkrong di warung ku.

Bajra :kok sampeyan sirik?

Yu Rengu : gawe mata sepet wae.

Bajra :yo, wis ben.

Yu Rengu : mbok kamu bantu-bantu bapak mu ngerjain ladangnya. Bapak mu kan sudah tua.

Bajra : wis ben.. bapak isih kuat.

Yu Rengu :dikandani wong tuo kok ngeyel. Coba kapan kamu bantu bapak mu?

Bajra : lhoh.. sampeyan ki pripun to? kurang bantu apa aku ini. ingat, sebulan yang lalu? Waktu kita harus menyerahkan upeti ke kerajaan Kediri? Siapa yang terus berani ngrampok padi sama buah-buahan kita yang sudah dibawa Prajurit Kediri itu? Cuma aku dan gerombolan ku tok…! trus ingat? Waktu Nyi Pratala didatangi prajurit dan dipaksa menyerahkan putrinya, siapa yang diam-diam melepas kuda prajurit itu, yaa Bajra…. Sopo meneh wani koyo ngono? Iki lho Bajra, Preman Kampung iki!!

sastrodipo : Sombong koe Bajra…

Bajra : Kenyataan Kang..(Nada Sombong)

Yu Rengu : he, wong Ken Arok yang sudah menumpas semua prajurit Kediri yang datang kemari aja ndak pernah pamer kok. Lhah kok, Bajra yang baru berani nglepasin kuda prajurit,,sombongnya setengah modar!

Dwijo : sstt Yu… ati-ati kalo ngomong.

Yu Rengu : Lha ngopo to?

Dwijo : pokoknya jangan bicara tentang Ken Arok dan penumpasan-penumpasannya, nanti kita dikira pemberontak.

sastrodipo : knapa harus takut? Setiap 3 bulan kita harus menyerahkan upeti, tapi apa yang diberi orang-orang Kediri sama kita? Tidak ada… kamu tau? anakku sakit sudah satu bulan, tapi siapa peduli? Tidak pernah dalam sejarah tabib-tabib di Kediri itu sampai ke Tumapel. Belum lagi, Pak Nyoto yang hilang diculik Prajurit. Cuma gara-gara mimpin Jathilan deso, dituduh yang bukan-bukan. Hilang, terus tidak kembali.

Yu Rengu : Bener kang,, Dagangan bapak ku yang piring-piring tanah liat itu sekarang juga ndak payu.. kalah saingan sama piring-piring keramik Cina,, harga punya Cina lebih murah soalnya.

sastrodipo : lhah iya.. gara-gara Raja Kretajaya itu membuka hubungan dagang seluas-luasnya dengan negeri Cina, kita jadi kalah saingan.

Bajra : bener-bener… aku juga sepakat kalo misalnya nanti ada yang mimpin pemberontakan

Yu Rengu : kalo misalnya ada yang mimpin? Kenapa ndak kamu sendiri? Takut? (nada mengejek)

Bajra : ummm.. yo bukan begitu… masalahnya kan, prajurit Kediri itu banyak, belum lagi kalau mau menyerang itu jauuuh tempatnya, teruss….

Yu Rengu : bilang aja takut! Kamu beraninya rame-rame!

Dwijo :sstt sudah-sudah… pokoknya jangan bicara itu lagi. Lagipula, kalau bicara itu bisa-bisa… kita dituduh terlibat pembunuhan Tunggul Ametung.

Yu Rengu, Bajra : Wehh.. kok bisa?

Dwijo : ya iya.. pembunuh Tunggul Ametung kan belum jelas siapa. Mungkin Kebo Ijo, mungkin orang-orang lain yang dekat dengannya, mungkin juga… Ken Arok.

sastrodipo :jangan ngawur kang..

Yu Rengu : aku jadi merinding kang.

Bajra : Mosok si? (gumam,Sambil mondar-mandir, sedikit gelisah kemudian pamit)

Dwijo : aku dengar dari Pak Broto, dia saudaraku yang tinggal dekat dengan Kraton. Katanya, sekarang Raja Kretajaya sedang gencar-gencarnya mencari orang-orang atau gerombolan yang dianggap mengganggu ketertiban umum. Termasuk Ken Arok.

Yu Rengu : trus kalo ketangkep diapakan kang?

Dwijo : ya ndak tau.. bisa diiket, dicambuk, dipenjara, dipasung, hiiii…. Sudah ah. Aku jadi takut sendiri.

sastrodipo : tidak perlu khawatir berlebihan kang… tapi suatu hari pasti Ken Arok memimpin perang Tumapel melawan Kediri, aku yakin..

Bajra berlari, panik, nabrak meja Yu Rengu.

Yu Rengu : Cah Edannn…. Ngopo koe?

Bajra : Pak bubar wae.. cepet bubar! Ada sekompi prajurit Kediri masuk kampung. Daripada kita ditanya-tanya.

Yu Rengu :Katanya kamu preman. Kok takut?

Bajra :kalo sendiri takut yu..

Sastropido dan Dwijo serta Bajra pergi.

Babak III

Para Brahmana berkumpul di biara, mereka membicarakan usulan mereka yang ditolak oleh raja kretajaya.

Brahamana I : Bapa.. bagaimana keputusan Raja Kretajaya?

Ketua Brahmana : usulan kita untuk menambah biara ditolak. Alasannya Kerajaan Kediri hanya mengakui satu aliran Hindu yaitu Hindu Wisnu. Sedang, Hindu Syiwa dan hindu-hindu lain boleh berkembang tapi dalam pengawasan, agar tidak menganggu ketertiban umum.

Brahmana II : Apa yang dipikirkan Raja Kretajaya? Dalam pengawasan? Pertemuan Brahmana-brahmana Hindu Syiwa kemarin pun diawasi, bahkan dijaga prajurit. Apa yang beliau takut kan? Kita minoritas, pengikut kita di Kerajaan Kediri ini sedikit!

Brahmana III : Jagad Pramudita.. Sungguh, tak terpikirkan. Bahkan dua kitab tentang menghargai perbedaan yang dikeluarkan kita pun dilarang terbit. Padahal tidak ada sangkut pautnya dengan politik.

Brahmana IV :jangankan kitab kita tentang kebebasan beragama, Kitab tentang sejarah-sejarah perkumpulan kesenian daerah Kediri pun dilarang terbit!

Ketua Brahmana : sudah jangan syak wasangka yang bukan-bukan.

Brahmana I : tapi Bapa, kita bagai terpenjara di sini. Ada tapi tak terlihat. Kita memiliki keberadaan tapi sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berekspresi.

Ketua Brahmana :umm..(sambil mengangguk) apa yang harus kita lakukan?

Brahmana III : kita ini hanya segelintir. Apa yang sanggup kita perbuat? Melawan hanya dengan sedikit kekuatan, sia-sia.

Brahmana II : Benar…

Bapa. Saya punya usul. Saya mendengar Ken Arok dari Tumapel sedang menyiapkan pemberontakan di desanya sana.

Ketua Brahmana : lalu?

Brahmana II : di sana banyak orang yang senasib dengan kita. Ada tapi tak terlihat, bahkan dilupakan,ya sengaja dilupakan. ..Bagaimana kalau kita pindah ke tumapel, kita juga akan beruntung mendapat perlindungan dari Ken Arok.

Brahmana III, IV : sepakat guru.

Ketua Brahmana : Bagaimana mungkin? Kita pasti diinterogasi oleh penjaga perbatasan. Apa lagi kita membawa banyak barang.

Brahmana I : kita bisa lewat jalan memutar. Lewat alas jati.

Brahmana II :betul. Kita tak perlu bawa banyak barang. Perbekalan secukupnya saja.

Brahmana III : di perjalanan kita bisa menginap di pondok pertapa tua yang kukenal. Iya kan?

Ketua Brahmana :kalau memang itu jalan yang baik untuk kita semua dan kalian bersikeras. Maka baiklah, nanti malam kita bersiap-siap, dan berangkat diam-diam.

Fade out

Babak IV: DI SEBUAH PADEPOKAN, BEBERAPA PEMUDA SEDANG MENGASAH TOMBAK, YANG LAIN BERLATIH BELA DIRI. KEN AROK DATANG DAN MEMBERITAKAN WAKTUNYA TELAH TIBA UNTUK MENYERANG KERAJAAN KEDIRI.

Tabuhan musik (durasi 3 menit). Suasana padepokan yang sedang berlatih. Latihan berkelahi gaya estetis.

Bajra datang. Bersama gerombolan pengikut.

Pemuda I : kawanku, Bajra. Bagaimana rencana penyerangan kita? (Sambil menyambut Ken Arok)

Bajra : Itulah, aku datang kemari untuk menyampaikan pesan dari Ken Arok. Waktunya telah tiba, segera bersiap-siaplah kita semua, Jika matahari telah tenggelam, bergegaslah, kita berangkat menuju medan kemengan kita! Menyerang KEDIRI!!

Fade Out

Babak V: PEPERANGAN DI DEKAT DESA GANTER YANG DIMENANGKAN PRAJURIT TUMAPEL

Ken Arok : (naik ke atas level, mengajak) wahai semua kawanku. Darah rakyat telah tumpah, oleh sebab penindasan, keringat manusia telah menjelma menjadi gelora pemberontakan. Ini lah waktunya, meluapkan semua tenaga dan semangat yang kini mencapai puncaknya!! Lawan!! Lawan!!Lawan KEDIRI!

Semua Pemuda : SERANG!! SERAANG!!SERAANG!! (Saut-Sautan)

PERANG

Fade Out

Babak VI : Yu Rengu Dalam Dandanan Yang Lebih Tua. Nembang. Menggambarkan Setelah Berkuasanya Ken Arok, Ternyata Rakyat Tetap Menderita.

Lhah ngene iki rasane dadi wong cilik…

Urip angel tambah angel……….

gonta-gantine sing mimpin

Urip ora malih

Wong sing wis tinitah dadi wong agung

Lali dening sapa sing nitah

Eee lhah…

Iku wong durbala murka, nora nana mareme ning jero ati

Sabarang karepanipun, nadyan wis katekan,

Karepane nora marem saya mbanjur,

Luamah lawan amarah,

Iku ingkang dentutwuri (pangkur,11)

[seperti ini rasanya jadi ‘wong cilik’…

Hidup susah tambah susah

Ganti-ganti pemimpin

Hidup tidak berubah

Orang yang diutus/ ditakdirkan jadi orang besar

Lupa akan siapa yang mengutusnya

Eee lhah…

Orang seperti itu adalah serakah, tidak akan pernah puas,

Semua keinginannya, walaupun sudah tercapai,

Akan semakin menjadi-jadi, nafsu luamah dan amarah,

Yang dituruti]

*dipentaskan oleh FSB (Forum Seni dan Budaya) ReTORIKA, Vena Teatrika, dan Lumbung Art Tema pada 27 Maret 2010 di pendopo Rumah Dinas Walikota Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar